Whether your audience wants to learn how to run a business or simply advance in their career, they will always turn to specialized business blogs for advice.
Tuesday, 30 November 2021
[New post] 2021: Belajar Menjadi Arsitek Kembali
chupauchup posted: " Tahun 2021 saya dilalui dengan suka dan duka. Kita semua tahu bahwa Covid-19 semakin mengganas di tahun ini. Bulan Juli adalah bulan dengan kasus Covid-19 tertinggi dengan kasus harian mencapai lebih dari 50.000 jiwa. Saudara saya yang tinggalnya persis "
Tahun 2021 saya dilalui dengan suka dan duka. Kita semua tahu bahwa Covid-19 semakin mengganas di tahun ini. Bulan Juli adalah bulan dengan kasus Covid-19 tertinggi dengan kasus harian mencapai lebih dari 50.000 jiwa. Saudara saya yang tinggalnya persis depan rumah juga terpapar Covid-19. Tampaknya bulan tersebut adalah bulan yang begitu memilukan bagi saya di tahun ini.
Namun, apabila saya melihat tahun 2021 secara keseluruhan, tampaknya rasa suka jauh lebih besar dibandingkan rasa dukanya. Bagaimana tidak? Alhamdulillah, di tahun 2021 ini keluarga kecil saya mendapat rezeki yang luar biasa besarnya. Kami tidak pernah mengira bahwa tahun ini kami bisa tinggal di rumah milik pribadi, tidak mengontrak lagi. Selama setahun ini kami sibuk untuk mendesain dan merenovasi rumah.
Impian semua arsitek adalah bisa mendesain rumahnya sendiri. Walaupun saya tidak mendesain rumah ini dari nol, saya tetap bahagia bisa mengubah rumah lama ini menjadi baru sesuai selera saya dan suami. Saya juga bahagia karena bisa terlibat langsung dalam proses pembangunan. Saya belajar banyak sekali hal-hal yang tidak saya pelajari saat kuliah. Jika dulu saya belajar menuangkan ide saya ke dalam gambar, sekarang saya belajar mewujudkan gambar saya menjadi bangunan yang nyata.
Ada beberapa ha. .........
Saya Belajar untuk Mendesain Sebuah Rumah
Mungkin ini terlihat lucu, ya, lah emang sebelumnya ga bisa mendesain rumah? Tentu bisa, dong! Namun, tiap lahan/rumah tentu memiliki permasalahannya masing-masing. Hal ini membuat saya harus selalu belajar dan meng-upgrade ilmu. Untuk rumah saya, hal yang paling utama dalam menentukan desain adalah budget. Kalau punya dana yang banyak tentu maunya rumah ini dirobohkan saja semuanya lalu dibangun ulang. Akan tetapi kenyataan tidak seindah itu. Lalu, keterbatasan dana juga membuat saya harus berpikir keras bagian mana saja dari rumah ini yang harus dipertahankan dan mana yang benar-benar harus diganti (mengingat rumah ini sudah berumur 15 tahun dan tidak pernah ditinggali). Misal, seluruh kusen rumah saya harus diganti karena sudah mulai lapuk, tetapi dindingnya dipertahankan sebanyak mungkin karena masih bagus.
Saya juga harus berpikir keras untuk mempersiapkan rumah ini menjadi rumah tumbuh. Kalau ada dananya sih maunya langsung bangun rumah dua lantai. Akan tetapi karena dana terbatas, saya harus memikirkan apa saja yang perlu direnovasi sekarang juga dan apa yang bisa direnovasi nanti. Misal, atap rumah saya sebetulnya udah kurang bagus, tetapi lebih baik saya rombak nanti saja sekalian ningkat rumah daripada atapnya sekarang diganti lalu pas ningkat rumah atapnya dibongkar lagi. Inilah gunanya arsitek dalam mendesain rumah.
Saya Belajar untuk Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Saya baru merasakan RAB sepenting itu saat saya merenovasi rumah sendiri. Jika dana yang dimiliki terbatas, tentu desain yang kita mau harus diitung dahulu kisaran harganya. Jangan sampai desainnya udah fix cakep cucok dengan selera klien tetapi pas dibangun eng ing eng biayanya dua kali lipat dari dana yang ada. Selain itu, dengan adanya RAB, kita jadi ada pegangan harga saat bertemu dengan tukang. Kita bisa nego jika harga penawaran dari tukang berbeda jauh dari RAB. Tukang yang oke adalah tukang yang mau ngasih RAB versi dia dan mau berdiskusi untuk mencapai kesepakatan harga.
Tetapi, sayangnya saya tidak pernah belajar membuat RAB. Seingat saya, sih, tidak ada materi RAB saat kuliah dulu, kecuali diajarkannya saat saya bolos kuliah Untungnya saat saya mulai bingung harus mulai bikin RAB darimana, tiba-tiba muncul iklan di Instagram saya, "Kelas belajar RAB". Waw, kebetulan sekali! Biaya pendaftarannya Rp300.000. Harga yang cukup murah jika dibandingkan dengan ilmu dan materi yang didapat, tetapi terasa mahal karena ternyata sistem kelasnya sangat tidak efektif (kelas dimulai akhir desember 2020, baru selesai September 2021 kalau tidak salah ). Yah, setidaknya berkat kelas tersebut, saya akhirnya bisa membuat RAB rumah saya sendiri.
Saya Belajar untuk Mencari Tukang yang Oke
Pernah dengar curhatan emak-emak tentang susahnya mencari ART yang oke? Oh ternyata mencari tukang yang oke juga sama susahnya. Izinkan saya curhat di sini ya.
Rumah yang saya beli berada di Depok, sedangkan pada saat itu saya masih tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Terbayang dengan jelas betapa jauhnya saya dengan rumah yang mau direnovasi. Sebagai gambaran, kalau saya bolak balik dari Kelapa Gading-Depok-Kelapa Gading naik taksi online, saya bisa menghabiskan setengah juta (nangis di pojokan ). Hal ini akhirnya membuat saya hanya bisa mengontrol rumah seminggu sekali. Sisanya saya kontrol lewat telepon dan chat.
Saya baru menyadari bahwa ada dua hal yang paling penting saat mencari tukang: mandor dan handphone. Jika kita tidak bisa mengecek ke lapangan setiap hari, kehadiran mandor wajib hukumnya. Mandor ini kerjanya untuk mengawasi tukang agar kerjanya sesuai dengan gambar/keinginan klien. Tentu ada biaya tambahan untuk membayar mandor, tetapi biaya tersebut sebanding dengan hasil yang didapatkan. Jangan sampai menyesal seperti saya yang tidak pakai mandor ya
Kalaupun tidak bisa pakai mandor karena keterbatasan dana seperti saya, setidaknya pastikan tukangnya punya handphone yang bisa dihubungi kapan saja! Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam renovasi rumah saya mayoritas karena susahnya berkomunikasi dengan tukang. Tukang saya mempunyai handphone yang dipakai bersama dengan istrinya. Selama dia kerja, handphone-nya dipakai oleh sang istri sehingga saya baru bisa menghubungi tukang saat dirinya di rumah (saat istirahat dan pulang kerja). Sudahlah saya hanya bisa mengecek rumah seminggu sekali, ditambah sulitnya berkomunikasi dengan tukang, hasilnya yaahhh alhamdulillah rumah masih bisa ditinggali walaupun desainnya banyak yang tidak sesuai.
Rasanya ingin saya ceritakan semua drama tukang yang terjadi, tetapi tampaknya bisa sangat panjang. Mungkin di tulisan yang berbeda, ya!
Saya Belajar untuk Bisa Segera Mengambil Keputusan
Sebagus dan sedetail apapun desain yang dibuat, pasti ada saja masalah yang muncul saat desainnya diterapkan di lapangan. Biasanya, kesalahan tersebut baru diketahui saat menggali/menghancurkan bagian yang tidak terlihat saat survey sebelumnya. Dalam kasus rumah saya, saya baru mengetahui ternyata sumur yang ada sudah kering. Saya harus segera mengambil keputusan, memilih antara mencari tukang bor sumur tetapi proses renovasi terhambat atau pasang air PDAM saja tetapi tidak tahu berapa lama proses pengajuan saluran baru di PDAM.
Pengambilan keputusan ini sebaiknya dilakukan oleh arsitek (dalam hal ini ya saya sendiri) karena tentu saja dia yang mendesain. Maka dari itu, jika menggunakan jasa arsitek, pastikan arsiteknya bisa in-charge saat pembangunan rumah. Carilah arsitek yang rumahnya memang di lokasi proyek.
Itulah kira-kira ilmu baru yang saya dapatkan selama setahun ini. Sebetulnya masih banyak hal yang belum saya ceritakan. Insya Allah saya lanjutkan di tulisan yang berbeda ya! Stay tuned!
No comments:
Post a Comment