Dulu saya takut ke dokter gigi. Selain karena takut dimarahi dokter, saya juga sempat trauma. Saat kuliah, saya pernah memberanikan diri pergi ke dokter gigi untuk mencabut gigi geraham yang berlubang besar. Saya tidak menyangka bahwa cabut gigi sesakit itu. Gusi saya dibius, hanya saja gusi saya tidak mati rasa. Saya merasakan sakitnya gigi saya digoyang dan dicabut paksa. Saya sampai berontak dan menangis.
Untunglah saya bertemu dengan teman saya yang seorang (calon) dokter gigi. Menurutnya, seharusnya cabut gigi tidaklah semenyakitkan itu. Dia menawarkan diri untuk mencabut gigi geraham saya yang lain (yang juga sudah berlubang besar). Ternyata memang benar, cabut gigi tidak sesakit itu. Sebagai bentuk terima kasih, saya bersedia menjadi pasien dia selama dia menjalani masa ko-as. Dia merawat hampir seluruh gigi saya, dari mulai cabut gigi, tambal gigi, scalling, merapikan gigi dengan kawat lepasan, hingga perawatan saluran akar. Berkat dia, saya tidak pernah sakit gigi lagi. Berkat dia jugalah, saya sadar bahwa kesehatan gigi itu penting sekali.
Read more of this post
No comments:
Post a Comment